Penerapan Hazard Analys Critical Control Point (HACCP) secara mendasar dikembangkan dengan menitikberatkan pada 4 prinsip yaitu : pencegahan, pengawasan terhadap proses produksi, pengujian laboratorium dan peran aktif pihak produsen.
Dengan memperhatikan ke-4 prinsip ini maka tampak jelas bahwa keberadaan serta peran aktif laboratorium yang ada di unit pengolahan mutlak diperlukan untuk menunjang manajemen mutu yang dipakai sebagai pedoman jaminan mutu terhadap produk yang dihasilkan.
Maksud dan tujuan dari seluruh kegiatan laboratorium adalah menghasilkan produk uji. Produk uji dapat dipertanggungjawabkan apabila mempunyai akurasi atau ketepatan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Untuk mendapatkan ini semua diperlukan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Sifat persyaratan dapat digolongkan sesuai dengan sifat interaksi antara sebab dan akibat dan hal ini dapat dipakai sebagai dasar penilaian suatu laboratorium (akreditasi). Persyaratan mutlak yang harus dipenuhi dan tidak dapat dikompensasi oleh hal lain, misalnya kelayakan bahan kimia, peralatan atau sejenis. Tidak mungkin hasil uji bersifat valid bila bahan kimia yang digunakan tidak layak digunakan. Ntuk lebih jelasnya, uraian di bawah ini merupakan persyaratan untuk laboratorium yang baik.
A. Personil (Sumber Daya Manusia)
Ketentuan penting yang meliputi sumber daya manusia yang berkaitan dengan aktivitas laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Jumlah personil harus disesuaikan dengan aktivitas yang ada (jumlah memadai).
2. Personil yang terlibat dalam aktivitas khususnya bidang teknis harus sehat, cacat fisik sebaiknya dihindari.
3. Pendidikan formal, pelatihan yang pernah diikuti serta pengalaman kerja dalam berlaboratorium.
4. Pengklasifikasian dan penempatan personil disesuaikan dengan tugas yang diemban. Latar belakang (pendidikan, pelatihan, pengalaman) disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari.
5. Setiap personil harus memiliki uraian tugas yang jelas.
6. Personil harus selalu aktif menambah pengetahuan yang terkait melalui pelatihan internal maupun eksternal.
7. Bentuk pengalaman maupun pelatihan yang pernah diikuti harus terdokumentasi dan diinformasikan kepada personil lain (bentuk pelatihan internal).
8. Integritas personil (analis) tidak boleh terpengaruh oleh sesuatu yang dapat mempengaruhi hasil uji yang dikeluarkan. Kolusi dalam bentuk apapun dan dengan siapapun tidak dibenarkan.
9. Laboratorium harus mempunyai program dalam rangka peningkatan kemampuan, pengetahuan serta ketrampilan analis secara berkesinambungan.
B. Lokasi dan Lingkungan
Yang perlu diperhatikan untuk lokasi laboratorium analisa adalah :
1. Terletak di tempat yang tidak tercemar dengan memperhatikan persyaratan Amdal.
2. Dapat menciptakan suasana aman dan tenang dalam bekerja.
3. Lokasi bukan penghambat dalam pemenuhan kebutuhan laboratorium.
4. Jauh dari sumber getaran seperti rel kereta api atau jalan yang dilewati kendaraan berat.
5. Lokasi yang suplai listriknya memiliki fluktuasi voltase cukup tinggi harus diantisipasi dengan baik.
C. Bangunan dan Fasilitas
1. Bangunan yang dipergunakan untuk laboratorium, peruntukannya hanya untuk kegiatan laboratorium, tidak diperkenankan difungsikan untuk kegiatan lain.
2. Bentuk bangunan adalah permanen.
3. Dekat dengan penyediaan air bersih dan listrik.
4. Untuk mempermudah komunikasi, laboratorium sebaiknya dilengkapi dengan telepon.
5. Bahan bangunan disesuaikan dengan jenis aktivitas laboratorium, bahan bangunan tidak boleh berubah bentuk atau rusak karena bahan kimia atau aktivitas.
6. Untuk menghindari kelembaban, dinding harus dilapisi oleh bahan anti lembab (porselin) sedangkan sisanya dicat dengan warna terang dan tahan air (cat kolam).
7. Intensitas cahaya, sirkulasi udara, luas dan tinggi bangunan, lantai dll, disesuaikan dengan jenis aktivitas laboratorium, misalnya laboratorium mikrobiologi dengan kimia, fasilitas bangunan yang diperlukan berbeda.
8. Ruangan yang digunakan untuk aktivitas laboratorium yang tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung (mis. Lab. Mikrobiologi, Kimia dsb), sebaiknya menghadap ke utara atau kaca yang ada dilapisi dengan kaca film.
9. Lantai/dinding dll. terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (keramik) dan tahan bahan kimia.
10. Ruangan yang menggunakan alat optik/elektronik harus dilengkapi dengan Air Condition (AC).
D. Tata Letak/Lay Out
1. Pemisahan secara jelas antara ruang personil, ruang preparasi, ruang uji, ruang instrument dan ruang-ruang lain yang menurut fungsinya harus dipisahkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang lazim.
2. Ruang uji yang lebih dari 1 pengujian, misalnya harus ada pemisah yang jelas antara Lab. Mikrobiologi dengan Lab. Kimia..
3. Tata letak ruang tidak boleh berakibat kontaminasi silang (cross contamination), aturan yang baku disesuaikan dengan kondisi yang ada.
4. Tata letak harus dapat menciptakan petugas bekerja dengan aman dan nyaman, jauh dari gangguan panca indera (bising).
. Peralatan
Peralatan dasar yang umum dimiliki suatu laboratorium berupa alat ukur (timbangan, termometer dll) dan alat penunjang (oven, inkubator dll), agar peralatan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan benar, laboratorium perlu melakukan tindakan verifikasi periodik, pencocokan ke Standar Nasional (kalibrasi), dan manajemen peralatan serta ditunjang oleh kemampuan yang handal tenaga analisnya dalam pengoperasian peralatan tersebut.
Pada pengujian secara mikrobiologi ada 2 pengujian yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Pengujian kuantitatif antara lain analisa TPC., Escherichia coli, Coliform, Stapylococcus aureus, sedangkan pengujian kualitatif antara lain analisa Salmonella sp., Vibrio cholera, dll. Pada analisa di atas diperlukan alat-alat antara lain : tabung reaksi, plate (cawan petri), pipet, timbangan, gunting, pinset, oven, inkubator, water bath, dll.
Peralatan tersebut di atas perlu ditunjang antara lain tersedianya jaringan listrik yang memadai, jaringan air yang memadai, stavol, lampu, lemari pendingin dan tempat pembuangan yang cukup baik untuk sampah sisa analisa dan sisa reaksi kimia. Disamping itu perlu adanya alat untuk menunjang keselamatan kerja, baik untuk tenaga analisnya maupun untuk lingkungan sekitarnya.
1. Peralatan Gelas
Peralatan gelas pada laboratorium sebaiknya terbuat dari alkali borosilicate. Pada bahan tersebut memiliki keunggulan antara lain tahan terhadap reaksi kimia kecuali pada bahan hidrofluoric dan phosphoric acid, tahan pecah dan tahan panas. Peralatan yang terbuat dari bahan gelas yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium antara lain :
•Labu ukur
•Plate (cawan petri)
•Tabung reaksi dan tabung ulir
•Gelas ukur
•Beaker glass
•Botol pengencer
•Berbagai macam pipet
•Botol untuk sampel
•Tabung fermentasi
Jumlah dari setiap peralatan tersebut tergantung kebutuhan analisa yang akan dilakukan.
2. Timbangan
Timbangan yang digunakan dalam laboratorium terdiri dari berbagai jenis dan merk. Yang terpenting adalah kapasitas serta ketelitiannya. Laboratorium mikrobiologi sebaiknya dilengkapi dengan 2 macam timbangan yang memiliki kapasitas yang berbeda. Salah 1 timbangan memiliki kapasitas 200 gram dengan ketelitian 0,0001 gram dan yang lain dengan kapasitas 100-200 gram dengan ketelitian 0,1 gram. Macam-macam timbangan berdasarkan sensitivitasnya antara lain : analytical balance, physical balance dan dispensary/prescription balance.
Untuk menjaga akurasi timbangan ini perlu dilakukan kalibrasi alat setiap 3 bulan sekali dengan kalibrasi berat Class-S dan setiap tahun perlu dilakukan kalibrasi oleh suatu standar nasional.
3. Water Bath
Fungsi utama water bath adalah untuk menciptakan suhu yang konstan dan digunakan untuk inkubasi pada analisa mikrobiologi. Pada water bath suhu yang digunakan biasanya 44,50C-45,50C untuk analisa konfirmasi E. coli dan Coliform dengan ketelitian suhu 0,10C. Di samping itu untuk preparasi media juga dibutuhkan water bath yang memiliki kapasitas mencapai suhu 1000C.
4. Inkubator
Inkubator secara umum digunakan sebagai perlengkapan dalam laboratorium mikrobiologi pangan. Inkubator memiliki fungsi yang sama dengan water bath yaitu sebagai alat inkubasi pada analisa mikrobiologi. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menciptakan suhu stabil dan konstan. Suhu inkbator dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu pada suhu ruang, oleh karena itu perubahan suhu ruang perlu diawasi terutama saat terjadi perubahan musim.
5. Mikroskop
Beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan taksonomi dalam laboratorium mikrobiologi menggunakan mikroskop dalam menganalisa gambar secara morfologi dan reaksi pewarnaan.
6. Blender
Dalam analisa mikrobiologi, sampel harus dihomogenkan terlebih dulu sebelum dianalisa. Untuk bahan pangan maka perlu diblender untuk menghomogenkan sampel tersebut.
7. Stomacher
Stomacher dapat berfungsi sebagai pengganti blender karena memiliki fungsi sebagai alat untuk homogenisasi. Stomacher tidak sama dengan blender. Pada blender homogenisasi terjadi secara sempurna, sedangkan pada stomacher homogenisasi yang sempurna tidak dikehendaki. Prinsip dari stomacher adalah untuk membilas bakteri atau mikroorganisme pada permukaan sampel.
Komponen pada stomacher meliputi : kantong plastik steril dan stomacher suatu alat berbentuk kotak yang pada bagian dalam ada suatu pedal penumbuk)
8. Autoclave
Autoclave merupakan alat sterilisasi menggunakan sistem pemanasan lembab. Suhu uap dibawah tekanan tergantung pada tekanan. Pada autoclave suhu dapat mencapai 1210C pada tekanan 15 psi. Sterilisasi menggunakan autoclave dilakukan pada pembuatan media dan larutan..
9. Oven
Sterilisasi dengan pemanasan kering untuk peralatan gelas yang tahan terhadap pemanasan tinggi dilakukan dengan menggunakan oven. Disamping itu oven dapat juga digunakan untuk analisa lain misalnya analisa kadar air dan preparasi sampel untuk penentuan kadar lemak. Oven juga digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas yang telah digunakan.
10. Freezer dan Refrigerator
Untuk suatu laboratorium mikrobiologi refrigerator dan freezer sangat penting diperlukan untuk menyimpan sampel yang dianalisa serta media-media yang mudah menuap dan media yang tidak tahan terhadap panas.
11. Laminar Flow
Semua prosedur mikrobiologi yang melibatkan patogen, pembuatan media yang steril atau pemeriksaan bahan makanan dibutuhkan suasana yang steril termasuk tempat juga harus steril, untuk itu digunakan laminar flow. Komponen pada laminar flow : exhaust filter, lampu fluoroscent, lampu UV.
Yang penting dalam laminar flow adalah kerja dari exhaust HEPA filter harus memiliki keefektifan 99,99% untuk membersihkan filter yang memiliki ukuran > 0,3 m.
12. Water Distilling
Dalam preparasi media maupun larutan kimia diperlukan aquades dalam jumlah yang banyak, karena itu lebih efisien dibutuhkan adanya alat pengolah air kran menjadi distilling water atau aquades. Adanya alat ini akan lebih memperlancar kerja dalam laboratorium dan menekan biaya.
13. Ruang Asam
Untuk pekerjaan yang melibatkan zat-zat yang berbahaya seperti asam pekat dan zat yang menghasilkan gas-gas berbahaya, dibutuhkan adanya ruang asam atau lemari asam. Ruangan atau lemari asam ini dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong untuk saluran pembuangan dan kran air.
Bagian dalam dari lemari asam sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan terhadap panas dan zat kimia dan untuk bagian dasarnya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan rata..
14. Hand Sanitizer
Kontaminasi terhadap sampel (dalam laboratorium mikrobiologi) dapat juga terjadi karena tidak diterapkan SOP yang baik oleh pekerja laboratorium atau analis. Penggunaan Hand Sanitizer dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hal tersebut. Salah 1 contoh alat ini adalah Hand Sanitizer SANDEN TEK 103-4.
F. Sampel Pengujian
Berdasarkan pada akurasi uji suatu laboratorium, diperlukan teknis pengambilan sampel oleh personil yang mengerti maksud dan arah dari rencana pengujian yang akan dilaksanakan. Hasil pengujian kurang berfungsi/guna jika metode sampling yang dilakukan petugas kurang mengindahkan norma-norma yang layak atau kurang patut pada ketentuan yang berlaku.
Dengan melihat kembali maksud dan tujuan didirikannya laboratorium yang ada di unit pengolahan, yaitu sebagai salah 1 sarana untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan maka segala sesuatu yang memungkinkan dapat menyebabkan produk berubah dari ketentuan yang dipersyaratkan dapat dipakai sebagai titik-titik dimana sampel diambil.
Beberapa implementasi yang ada kaitannya dengan sampel pengujian adalah sbb :
1. Sampel diambil oleh petugas yang mengerti dan diberi wewenang.
2. Pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan contoh standar (atau yang identik bila diterapkan di unit pengolahan).
3. Sistem pencatatan harus jelas, untuk memudahkan bila diperlukan tindak lanjut atau langkah-langkah perbaikan karena hasil uji yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
4. Bila sampel tidak langsung dianalisa, harus disimpan pada tempat yang sesuai dengan kriteria sampel sehingga kemungkinan terjadinya perubahan (tercemar) dapat dihindari.
5. Preparasi sampel (penimbangan dll) dilakukan pada tempat tersendiri.
6. Sebelum dilakukan pengujian, sampel 1 dengan yang lain tidak boleh saling mencemari.
7. Tempat yang peruntukannya untuk menyimpan sampel tidak boleh dicampur dengan barang lain.
G. Panduan Mutu dan SOP
Panduan mutu merupakan barometer yang dipakai dalam berlaboratorium. Panduan mutu harus tertulis dan dapat dirubah sesuai perkembangan yang ada, misalnya hasil temuan auditor.
SOP merupakan standar dalam operasional laboratorim, misalnya pengujian harus menggunakan cara-cara yang dibakukan, disepakati untuk dijalankan dan dipatuhi sepenuhnya. Tanpa kepatuhan yang tinggi, keberadaan SOP dirasa tidak ada gunanya.
H. Catatan Harian
Catatan harian berisi tentang kronologis dari seluruh mekanisme laboratorium, baik asek teknis maupun non teknis. Catatan harian harus bisa menggambarkan tiap tahapan pengujian sebelum dikeluarkan hasil uji.
I. Dokumentasi
Tujuan utama diselenggarakan sistem pendokumentasian yang baik adalah untuk memudahkan pelacakan. Sistem tersebut dikatakan baik bila terjadi penyimpangan atau gugatan konsumen, mekanisme pelacakan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
Jenis dokumentasi pada dasarnya tidak mengikat, tergantung seberapa jauh tingkat kebutuhan laboratorium. Dokumentasi yang biasa ada pada setiap laboratorium adalah :
1. Pedoman mutu laboratorium dan cara berlaboratorim yang aman.
2. Dokumen pengambilan sampel.
3. Laporan pengujian.
4. Dokumen bahan dan alat.
5. Dokumen metode persiapan sampel dan cara pengujiannya.
J. Keamanan Berlaboratorium
Keamanan dalam berlaboratorium merupakan prioritaspertama. Untuk menciptakan ini semua diperlukan pengetahuan serta sarana penunjang yang memadai. Keamanan dalam arti luas tidak hanya terbatas pada keamanan personil laboratorium tetapi juga dapat menyangkut keamanan data-data yang bersifat privasi laboratorium. Bahaya yang mungkin dapat terjadi dapat diantisipasi antara lain dengan cara :
1. Kebakaran, diantisipasi dengan tersedianya alat pemadam kebakaran yang selalu dimonitor kelayakannya.
2. Gas beracun, khusus pada laboratorium kimia diantisipasi dengan membuat ruang asam dengan exhauster, sedangkan personil dilengkapi dengan masker dengan filter yang dapat menetralisir gas kimia tersebut.
3. Kontaminasi mikroba patogen.
4. Kontak langsung dengan bahan kimia padat maupun cair yang berbahaya, diantisipasi dengan sarung tangan dll.
Tinggalkan komentar